Singaraja – Dalm rangka menyambut Hari Raya Galungan yang jatuh pada Hari Rabu Kliwon Dungulan, 8 Juni 2022 nanti, Himpunan Mahasiswa Program Studi Penerangan Agama Hindu STKIP Agama Hindu Singaraja mengadakan Diskusi Penjor dengan tema “Hati-Hati Dengan Abu Penjor”, Rabu (1/6/2022). Diskusi yang digelar di ruang Widya Sabha STKIP Agama Hindu Singaraja ini bertepatan dengan hari Kelahiran Pancasila dengan mendatangkan narasumber yakni Putu Agus Panca Saputra S.Pd., M.Pd. salah satu dosen muda di STKIP Agama Hindu Singaraja.
Ketua Progam Studi Penerangan Agama Hindu, Drs.I Dewa Gede Ngurah Diatmika, M.Si. dalam sambutannya mengungkapkan bahwa salah satu tujuan program ini adalah untuk menambah wawasan masyarakat Hindu terkait Penjor. “Di Buleleng dulu jarang sekali yang membuat Penjor atau membakar Penjor pada waktu yang tepat. Dengan demikian melalui program ini, kita dapat menyebarkan pemahaman tentang Penjor agar tidak terjadi kekeliruan. Selain itu, hari raya Galungan dan Kuningan yang sudah dekat sehingga nantinya kita semua dapat merealisasikan apa yang sudah kita dapatkan pada diskusi Penjor kali ini,” ujarnya.
Panca Saputra, selaku narasumber memberikan penjelasan bahwa Penjor merupakan sarana sakral yang dikenal sebagai Niyasa yang biasanya diletakkan di sebelah kanan pintu gerbang mengikuti konsep patrenial petengan (simbol purusa). “Penjor adalah simbul sebagai pengastawa kepada Ida Sang Hyang Widhi dengan menggunakan konsep Satyam Siwam Sundaram. Konsep Penjor untuk memuja Hyang Naga Basuki,” ujarnya.
Dalam pemaparannya, Panca juga menyebutka bahwasanya dalam Weda, sebagai kitab suci Agama Hindu tidak disebutkan tentang Penjor. Ia juga menyarankan agar umat Hindu diharapkan dapat membuat Penjor untuk memperingati Hari Raya Galungan sebagai Hari Kemenangan Dharma melawan Adharma. “Membuat Penjor saat Hari Raya Galungan dan Kuningan karena bertujuan sebagai wujud rasa bakti dan berterima kasih kepada Sang Hyang Widhi Wasa atas kemakmuran yang dilimpahkannya. Bambu tinggi melengkung adalah gambaran dari gunung yang tertinggi sebagai tempat yang suci. Dan untuk peleburan (pembakaran, red) Penjor dilaksanakan pada Buda Kliwon Wuku Pahang,” jelasnya. Lebih lanjut disampaikan agar masyarakat harus berhati-hati juga dalam proses membakar atau melebur penjor itu sendiri, sehingga tidak menimbulkan bencana ataupun merusak lingkungan.
Kegiatan Diskusi Penjor yang dikenal dengan “Disensor” ini, diikuti oleh Mahasiswa Program Studi Penerangan Agama, Pendidikan Agama Hindu, dan Anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STKIP Agama Hindu SIngaraja, Gede Septiwima, S.Pd., M.Pd. selaku pembina BEM dan perwakilan Dosen. (Ian/jrnlstk)