Guru, dari Sudut Pandang Agama Hindu

Oleh: Dewa Made Agus Januartha

(Ketua BEM Sahitya STKIP Agama Hindu Singaraja)

Indonesia saat ini sedang dalam euforia memperingati Hari Guru yang jatuh setiap tanggal 25 November. Dengan harapan sebagai pelita bangsa, embun penyejuk, Pahlawan tanpa tanda Jasa, dalam tulisan ini kita akan mencoba mengenal “Guru, dari Sudut Pandang Agama Hindu”. Guru dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Dengan demikian, orang-orang yang profesinya mengajar disebut guru. Baik itu guru di sekolah maupun ditempat lain. Kata “guru” dalam Bahasa Sansekerta terbagi atas suku kata “gu” yang berarti bayangan. Sesuai dengan sifatnya, bayangan pasti gelap. Jadi “gu” atau bayangan bisa diartikan juga sebagai gelap dan/atau kegelapan. Suku kata “ru” berarti (orang yang membawa) terang. (Orang yang) menghilangkan bayangan/gelap/kegelapan.

Sangat menarik kata guru terdiri dari dua suku kata yang memiliki arti berlawanan, gelap versus terang, inilah proses belajar itu adalah seperti kata guru tersebut, dari gelap menuju terang. Untuk mencapai terang belajarlah seumur hidup. Lalu guru menurut pengertian diatas dapat kita maknai sebagai seseorang yang membawa pencerahan kepada orang lain yang sedang mengalami kegelapan.  Guru dalam pandangan Agama Hindu bukanlah hanya sebatas profesi “pengajar” yang bertujuan untuk keuntungan berupa gaji atas jasanya mengajar di sekolah-sekolah namun lebih kepada orang-orang yang memiliki kualifikasi kerohanian yang mampu mengendalikan Tri Guna yaitu sifat sattwam, rajas dan tamas sehingga patut digugu dan ditiru.

Dalam Agama Hindu kita mengenal ajaran Catur Guru, yakni empat guru yang harus dihormati, yakni Guru Swadyaya (Tuhan), Guru Wisesa (Pemimpin/Pemerintah), Guru Pengajian (Guru di sekolah), dan Guru Rupaka (Orang tua). Catur Guru dihormati dengan menjalankan Catur Guru Bhakti yakni bhakti kepada Guru Swadyaya dengan rajin sembahyang, suka beramal dan menjaga toleransi. Bhakti kepada Guru Wisesa dengan mengikuti segala peraturan pemerintah, tidak melanggar hukum, melaksanakan himbauan pemerintah serta menjadi warga negara yang baik. Bhakti kepada Guru Pengajian dengan rajin belajar, mengerjakan tugas dengan baik, mentaati peraturan sekolah dan menjaga sopan santun kepada guru. Bhakti Guru Rupaka dengan menjadi anak yang suputra.

Ida Sang Hyang Widi Wasa dipandang sebagai gurunya alam semesta dan para dewa serta pusat pengetahuan, seperti dijelaskan pada Sloka Guru Puja berikut ini:

“Om Gurur rupam gurur dewam, Gurur Purwam Gurur Madhyam,

Gurur pantaram dewam, Guru Dewa Sudhha- Atmakam”

 Terjemahannya:

Om Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Gurunya alam semesta dan para dewa, Awal mula tercipta guru dan juga merupakan pusatnya para guru. Gurunya para dewata yang agung. Guru yang suci bersih cemerlang yang menjiwai alam semesta.

Pemerintahan yang berkuasa juga adalah guru yang dihormati atas hukum dan peraturan-peraturan yang membuat masyarakat hidup damai, sejahtera dan bahagia. Para guru disekolah dan pengajar dimanapun berada juga adalah guru yang dihormati seperti kutipan pada Kitab Nitisastra II.13 berbunyi:

“Haywa maninda ring dwija daridra dumaa atemu,

Sastra teninda denira kapataka tinemu magong,

Yan kita ninda ring guru patinta maparek atemu,

Lwirnika wangsa-patra tunibeng watu remek apasah.”

 Terjemahannya

“Janganlah sekali-kali mencela guru, perbuatan itu akan dapat mendatangkan kecelakaan bagimu. Jika kamu mencela buku-buku suci, maka kamu akan mendapatkan siksaan dan neraka, jikalau kamu mencela guru maka kamu akan menemui ajalmu, ibarat piring yang jatuh hancur di batu”.

Orang tua kita juga adalah guru, bahkan seorang ibu dalam penggalan kitab RgVeda 33.19 disebutkan

“Stri hi Brahma Babhuvitha”

Terjemahannya:

“Wanita sesungguhnya adalah seorang sarjana dan pengajar”. Jadi jelas bahwa ibu adalah guru pertama bagi pengetahuan anak-anaknya.

Guru dalam pandangan Agama Hindu dapat dipahami sesungguhnya bukan hanya sebatas profesi mengajar. Guru adalah wujud Ida Sang Hyang Widi Wasa sebagai perantara sampainya ilmu pengetahuan untuk membebaskan umat manusia dari kebodohan, dari gelap (Gu) menjadi terang (Ru).

Selamat Hari Guru… Terima kasih sudah menjadi cahaya terang untuk kami…

Satyam Eva Jayate!!!

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *