Logo Lembaga | ![]() |
|
Status PT | : | Aktif |
Perguruan Tinggi | : | STKIP Agama Hindu Singaraja |
Tanggal Berdiri | : | 1 September 1970 |
Nomor SK PT | : | 1542DT2007 |
Tanggal SK PT | : | 17 April 2001 |
Alamat | : | Jalan Pulau Timor No 24 Singaraja – Bali |
Kota/Kabupaten | : | Kab. Buleleng – Prop. Bali – Indonesia |
Kode Pos | : | 81116 |
Telepon | : | (0362) 21275 |
Faximile | : | (0362) 21275 |
: | stkip_agamahindu@yahoo.com | |
Website | : | http://www.stkipahsingaraja.ac.id |
No. | Kode | Nama Program Studi | Status | Jenjang | Jml Dosen Tetap | Jml Mhs | Rasio Dosen Tetap/Jumlah Mahasiswa |
---|---|---|---|---|---|---|---|
1 | 86214 | Pendidikan Agama Hindu | Aktif | S1 | 7 | 99 | 1 : 14.1 |
2 | 88202 | Pendidikan Bahasa Bali | Aktif | S1 | 7 | 10 | 1 : 1.4 |
3 | 88203 | Pendidikan Bahasa Inggris | Aktif | S1 | 8 | 46 | 1 : 5.8 |
4 | 85201 | Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan | Aktif | S1 | 9 | 24 | 1 : 2.7 |
5 | 70235 | Penerangan Agama Hindu | Aktif | S1 | 6 | 28 | 1 : 4.7 |
PROFIL YAYASAN DANA PUNIA KABUPATEN BULELENG
Berdirinya Yayasan Dana Punia Kabupaten Buleleng
STKIP Agama Hindu Singaraja didirikan oleh Yayasan Dana Punia Kabupaten Buleleng. Yayasan Dana Punia berkekuatan hukum dengan Akta Notaris dari Kantor Notaris Amir Syarifudin Denpasar dengan Nomor 1 tanggal 1 September 1970. Adapun pendirinya yaitu:
- Ketut Pasek ( almarhum )
- Ida Pedanda Putra Kemenuh (almarhum)
- Ketut Nila (almarhum)
- Drs. I Ketut Sadia
- I Gede Wenten, BA (almarhum)
- Made Putra ( almarhum )
- Gede Dana ( almarhum )
Kesemuanya bertempat tinggal di Singaraja. Adapun tujuan dan maksud Yayasan Dana Punia Kabupaten Buleleng ialah : Pendidikan keagamaan secara masal, pembinaan pura/tempat ibadah, penelitian keagamaan, mendirikan sekolah-sekolah dan membantu anak yatim piatu.
Berdirinya Lembaga Perguruan Tinggi
Dalam upaya merealisasikan tujuan tersebut diatas, maka pada tahun 1971/1972 didirikanlah Lembaga Tinggi Institut Hindu Vyasa . Dengan demikian institut Agama Hindu Vyasa selalu berhubungan dengan Departemen Agama RI Cq Dirjen Bimas Hindu dan Budha. Bapak dirjen dalam hal ini Bapak Bagus Putu Mastra (almarhum) selalu memberi tuntunan atau memberi bantuan spiritual dan material. Begitu pula Bapak Gurbenur Propinsi Bali, Bapak Bupati Kepala Daerah Tingkat II Buleleng memberi bantuan pendirian Institut Agama Hindu.
Institut Agama Hindu Vyasa mengasuh Fakultas Keguruan Agama Hindu, berjalan sampai tahun 1976. Kemudian pada tahun 1978/1979 atas prakarsa Bapak Drs. Ida Bagus Netera (almarhum) Dekan FIP Unud Singaraja, didirikanlah Perguruan Tinggi yang bernama Akademi Pendidikan Guru Agama Hindu ( APGAH ) Singaraja.
Seiring perkembangan jaman, para pengurus Yayasan Dana Punia yang terdiri dari Ketut Pasek ( Ketua I ), Drs Ketut Sadia ( Ketua II ), Bagus Putu Mastra ( Ketua III ), I Gede Wenten, BA ( Sekretaris I ), Ketut Nila ( Sekretaris II ), Gede Dana ( Bendahara I ), dan I Gusti Made Ngawit ( Bendahara II ) dengan pemerakarsa Drs. Ida Bagus Netera (almarhum), merencanakan melanjutkan mendirikan Perguruan Tinggi Keguruan. Pengurus yayasan bersama pemerakarsa mengadakan hubungan dengan koordinator Kopertis Wilayah VI di Surabaya dan setelah mendapat persetujuan maka pada tahun 1979/1980 didirikanlah perguruan tinggi yang bernama “Akademi Pendidikan Guru Agama Hindu” yang mengelola program Pendidikan Agama Hindu dan disingkat dengan nama APGAH Singaraja dan mendapat status Terdaftar dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI dengan nomor 095/0/1081.
Tahun ajaran 1985/1986, Yayasan Dana Punia bermaksud mengubah Institut APGAH Singaraja menjadi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan “Agama Hindu” Singaraja. Maksud tersebut mendapat persetujuan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI dengan surat Keputusan Menteri nomor 0473/0/1985 tentang perubahan bentuk dan nama APGAH Singaraja menjadi STKIP “Agama Hindu” Singaraja d engan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI nomor 474/0/1985 tentang perubahan status terdaftar pada jurusan Ilmu Pendidikan di lingkungan STKIP “A gama H indu” Singaraja meliputi program studi Pendidikan Agama Hindu untuk program S1 dan D III.
Lambang STKIP Agama hindu Singaraja
URAIAN:
Gambar Bunga (Cakra) berwarna putih
Warna putih melambangkan ketulusan dan kesucian hati, suatu sifat dasar yang sangat diperluknan didalam melangkah menuju kesempurnaan jiwa.
Gambar Bunga Yang Semakin Mekar atau Cakra
Penyempurnaan mekarnya bunga mulai dari kuncup yang kecil yang kemudian smakin mekar untuk akhirnya menjadi bulat penuh. Demikianlah hendaknya jiwa masing-masing mahasiswa yang dididik diperguruan tinggi ini, agar semakin berkembang, menyebarkan bau wangi ke segala penjuru dan pantas akhirnya dipersembahkan kepada Tanah Air, Bangsa dan Tuhan.
Cakra yang terdiri dari empat bagian (empat jari-jari)
Cakra adalah pusat energi psikis di dalam jiwa manusia dimana bersumber berbagai kecenderungan (Wrtti), yang memberikan warna terhadap karakter manusia. Di dalam jiwa itu dikenal adanya tujuh cakra yang bentuk dan lingkupan sifatnya semakin kompleks. Cakra yang paling sederhana ialah Muladharma Cakra: terdiri atas empat daun bunga, merupakan sumber dari empat kecenderungan pokok kehidupan manusia, yaitu kecenderungan (Wrtti), Dharma, Artha, Kama, dan Moksa. Muladharma Cakra ini merupakan langkah awal dari mana para penuntut kesempurnaan mulai menggembleng jiwanya agar dapat menguasai insting-instingnya yang rendah untuk selanjutnya disalurkan ke cakra-cakra yang lebih tinggi.
Cakra yang dituju adalah yang dinamakan Sahasrara, CakrA yang berjari-jari seribu, dari mana semua sikap yang dimiliki oleh manusia dapat dikendalikan. Latihan-latihan melalui cakra-cakra ialah merupakan proses penggemblengan pengendalian diri sesempurna-sesempurnanya. Proses inilah yang erta sekali dengan proses pendidikan, hanya saja pendidikan melalui cakra merupakan pendidikan yang lebih drastis dan total.
Delapan Delas Bintik-Bintik di Tengah
Delapan belas bintik-bintik ditengah merupakan suatu satu keastuan yang populernya dipilih oleh M aha Rsi Wyasa untuk membagi kisah Mahabrata menjadi Delapan Belas Parwa. Isa Upanisad, salah satu upansad yang tertua terdiri dari delapan belas ayat. Tuhan (Brahma, Wisnu, Siwa) yang memiliki ribuan nama-nama, sering hanya delapan belas nama saja disebutkan sebagai penyangga dan penyeimbang alam semesta.
Lingkaran Putih Kecil di tengah-tengah
Betapaun keutuhan yang dituju aialah kebulatan, yang putih, yang kelihatanya kosong, namun disanalah sumber dari segala-galanya. Bundaran kosong itu disebut windu, pangkal mula dari penciptaan, yaitu ketika purusha dan prakerti tepat bersinggungan dan dalam keadaan sangat seimbang. Dari keadaan seimbang secara sempurna itu, jiwa dapat menentukan dan memilih, hendak moksa ataukah hendak kembali menjelma untuk kepentingan menegakkan kepentingan dharma. Disini kita telah menetapkan pilihan, untuk kembali menjelma demi menyebarkan dan menegakkan dharma.